Ridhwaa Dafina Jauzaa. Putri pertama bunda yang kini sudah mulai tumbuh dewasa, dewasa yang dipaksakan, karena ketika usiamu baru enam bulan engkau harus menerima adik kecil yang mulai tumbuh dan berkembang di perut bunda.
Dewasa yang dipaksakan karena tepat usia 15 bulan adikmu lahir ke dunia ini dan mau tak mau kau harus rela berbagi waktu untuk bunda merawat adikmu yang masih bayi. Dan kembali lagi dengan dewasa yang dipaksakan , tepat diusia dua tahun kau harus masuk playgrup, yang ketika itu jam masuk sekolahmu pukul setengah tujuh pagi, karena bunda tidak ingin terlambat masuk kantor sehingga dengan keterpaksaan pula setiap pagi harus meninggalkanmu di sekolahan yang pada waktu itu terbilang masih sepi karena kadang bu guru masih belum datang. Namun sekali lagi bunda menuntut pengertianmu, dan hebatnya karena waktu itu kau tidak menangis ketika bunda memaksa untuk salim ( jabat tangan) dan hanya duduk di ayunan dengan tas cangklong yang setia selalu menemanimu. Pandangan mata kecilmu itu nak, yang akan terus menerus bunda ingat. Pandangan mata kecilmu yang terus menerus melihat bunda sampai bunda tidak terlihat lagi.
Alhamdulillah dengan dewasa yang dipaksakan ini membuatmu bisa mandiri. Melakukan segala hal dengan sendiri, dan yang membuat bunda bangga adalah kau anak yang sangat sabar, rela makanmu di rebut adikmu, rela dijambak rambutmu dan rela malam malammu berbagi pelukan bunda dengan adikmu. Semoga kau akan selalu sabar sampai akhir hayatmu nak, sesuai dengan nama yang kami berikan kepadamu, Ridhwaa.
Bulan Juni 2011, adikmu membawa piala pertama ke rumah mungil kita, dan betapa bunda paham waktu itu ada sinar cemburu dimatamu. Kakak anak pertama namun kenapa adik yang mendapat piala bunda ? begitu pertanyaanmu, kau tidak tahu bahwa untuk mendapatkan piala kau harus ikut lomba sayang...
November 2012, tiba tiba kau terpilih mengikuti lomba mewakili sekolahmu, ketika itu lomba diadakan untuk Playgroup dan TK di tingkat kedu, dan Alhamdulillah, sekali lagi bunda tidak menyangka, kau bawa pulang piala pertamamu ke rumah. Waktu itu kau mendapat juara II lomba Hafalan Juz’Amma dalam rangka Festival Pendidikan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Tingkat Kedu. Sinar kebahagiaan jelas terpancar di matamu. Kakak dapat piala bunda, seperti adik, kakak akan rajin menghafal surat pendek lagi bunda biar dikirim apabila ada lomba, nanti kakak bawa pulang piala lagi ya bunda...
Dan Alloh. SWT mengabulkan permintaanmu nak, kau memang pandai dalam mengingat, sehingga hafalanmu berkembang dengan baik. Piala kedua mu kau dapat di bulan Maret 2013, kau mewakili sekolahmu untuk mengikuti lomba Murotatil Qur’an dalam rangka Gebyar Fatayat 2013 tingkat Kota Magelang. Wajahmu kembali berseri seri ketika namamu dipanggil untuk menerima piala.
April 2013, Alhamdulillah kau bawakan kami lagi sebuah piala untuk diletakkan di sebelah piala piala terdahulu, kali ini engkau berhasil memperoleh Juara I lomba cerdas cermat putri, Peringatan Hari Kartini 2013.
Ridhwaa Dafina Jauzaa, jadilah wanita yang sabar dan bercahaya seperti bintang sesuai nama yang telah ayah berikan kepadamu. Sinarilah lingkungan disekitarmu dengan ilmu yang telah kau dapatkan, tegakkanlah selalu agama islam dan jangan lupa untuk selalu bertaqwa dan istiqomah dalam berakhlaq dan berakidah. Ajari kedua adikmu ilmu sabar yang telah kau miliki, jaga mereka selalu karena kau anak pertama.
Ridhwaa Dafina Jauzaa, kau adalah putri pertama bunda dan putri yang selalu menjadi kebanggan ayah dan bunda. Semoga engkau akan selalu dan selalu menjadi kebanggan bunda. Engkau telah dianugrahi hafalan yang kuat nak, teruslah menghafal, teruslah menghafal, dan teruslah menghafal, untuk ilmu yang kau dapat kelak kau ajarkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Janganlah sombong, jadilah anak yang berbudi pekerti luhur, dan jadilah wanita yang istimewa.
Bunda tidak pandai merangkai kata-kata, namun melalui tulisan ini semoga bisa selalu menjadi pengingatmu, bahwa sampai kapanpun kasih sayang bunda dan ayah akan terus ada sampai kita dipertemukan lagi di Jannah. Dan kami akan selalu mendoakanmu di setiap sujud-sujud kami, semoga engkau menjadi wanita sabar sesabar Khadijah binti Khuwaylid, menjadi wanita cerdas secerdas A’isha binti Abu Bakar, dan menjadi Ibu tauladan seperti Fatimah Binti Muhammad.
Satu lagi nak, pesan bunda untukmu, rajinlah dalam beribadah, tekunlah dalam menuntut ilmu, latihlah hafalanmu seperti Ali Bin Abi Thalib, ia seorang penghafal al-Qur’an yang kuat dan termasuk diantara orang yang pertama kali mendapat hidayah islam. Beliau juga terkenal zuhud, wara, dan dermawan ia menganggap rendah dunia dan selalu beramal untuk keridhaan Alloh swt. Semoga Alloh swt mengabulkan harapan bunda, Amiin.
Dewasa yang dipaksakan karena tepat usia 15 bulan adikmu lahir ke dunia ini dan mau tak mau kau harus rela berbagi waktu untuk bunda merawat adikmu yang masih bayi. Dan kembali lagi dengan dewasa yang dipaksakan , tepat diusia dua tahun kau harus masuk playgrup, yang ketika itu jam masuk sekolahmu pukul setengah tujuh pagi, karena bunda tidak ingin terlambat masuk kantor sehingga dengan keterpaksaan pula setiap pagi harus meninggalkanmu di sekolahan yang pada waktu itu terbilang masih sepi karena kadang bu guru masih belum datang. Namun sekali lagi bunda menuntut pengertianmu, dan hebatnya karena waktu itu kau tidak menangis ketika bunda memaksa untuk salim ( jabat tangan) dan hanya duduk di ayunan dengan tas cangklong yang setia selalu menemanimu. Pandangan mata kecilmu itu nak, yang akan terus menerus bunda ingat. Pandangan mata kecilmu yang terus menerus melihat bunda sampai bunda tidak terlihat lagi.
Alhamdulillah dengan dewasa yang dipaksakan ini membuatmu bisa mandiri. Melakukan segala hal dengan sendiri, dan yang membuat bunda bangga adalah kau anak yang sangat sabar, rela makanmu di rebut adikmu, rela dijambak rambutmu dan rela malam malammu berbagi pelukan bunda dengan adikmu. Semoga kau akan selalu sabar sampai akhir hayatmu nak, sesuai dengan nama yang kami berikan kepadamu, Ridhwaa.
Bulan Juni 2011, adikmu membawa piala pertama ke rumah mungil kita, dan betapa bunda paham waktu itu ada sinar cemburu dimatamu. Kakak anak pertama namun kenapa adik yang mendapat piala bunda ? begitu pertanyaanmu, kau tidak tahu bahwa untuk mendapatkan piala kau harus ikut lomba sayang...
November 2012, tiba tiba kau terpilih mengikuti lomba mewakili sekolahmu, ketika itu lomba diadakan untuk Playgroup dan TK di tingkat kedu, dan Alhamdulillah, sekali lagi bunda tidak menyangka, kau bawa pulang piala pertamamu ke rumah. Waktu itu kau mendapat juara II lomba Hafalan Juz’Amma dalam rangka Festival Pendidikan Jaringan Sekolah Islam Terpadu Tingkat Kedu. Sinar kebahagiaan jelas terpancar di matamu. Kakak dapat piala bunda, seperti adik, kakak akan rajin menghafal surat pendek lagi bunda biar dikirim apabila ada lomba, nanti kakak bawa pulang piala lagi ya bunda...
Dan Alloh. SWT mengabulkan permintaanmu nak, kau memang pandai dalam mengingat, sehingga hafalanmu berkembang dengan baik. Piala kedua mu kau dapat di bulan Maret 2013, kau mewakili sekolahmu untuk mengikuti lomba Murotatil Qur’an dalam rangka Gebyar Fatayat 2013 tingkat Kota Magelang. Wajahmu kembali berseri seri ketika namamu dipanggil untuk menerima piala.
April 2013, Alhamdulillah kau bawakan kami lagi sebuah piala untuk diletakkan di sebelah piala piala terdahulu, kali ini engkau berhasil memperoleh Juara I lomba cerdas cermat putri, Peringatan Hari Kartini 2013.
Ridhwaa Dafina Jauzaa, jadilah wanita yang sabar dan bercahaya seperti bintang sesuai nama yang telah ayah berikan kepadamu. Sinarilah lingkungan disekitarmu dengan ilmu yang telah kau dapatkan, tegakkanlah selalu agama islam dan jangan lupa untuk selalu bertaqwa dan istiqomah dalam berakhlaq dan berakidah. Ajari kedua adikmu ilmu sabar yang telah kau miliki, jaga mereka selalu karena kau anak pertama.
Ridhwaa Dafina Jauzaa, kau adalah putri pertama bunda dan putri yang selalu menjadi kebanggan ayah dan bunda. Semoga engkau akan selalu dan selalu menjadi kebanggan bunda. Engkau telah dianugrahi hafalan yang kuat nak, teruslah menghafal, teruslah menghafal, dan teruslah menghafal, untuk ilmu yang kau dapat kelak kau ajarkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Janganlah sombong, jadilah anak yang berbudi pekerti luhur, dan jadilah wanita yang istimewa.
Bunda tidak pandai merangkai kata-kata, namun melalui tulisan ini semoga bisa selalu menjadi pengingatmu, bahwa sampai kapanpun kasih sayang bunda dan ayah akan terus ada sampai kita dipertemukan lagi di Jannah. Dan kami akan selalu mendoakanmu di setiap sujud-sujud kami, semoga engkau menjadi wanita sabar sesabar Khadijah binti Khuwaylid, menjadi wanita cerdas secerdas A’isha binti Abu Bakar, dan menjadi Ibu tauladan seperti Fatimah Binti Muhammad.
Satu lagi nak, pesan bunda untukmu, rajinlah dalam beribadah, tekunlah dalam menuntut ilmu, latihlah hafalanmu seperti Ali Bin Abi Thalib, ia seorang penghafal al-Qur’an yang kuat dan termasuk diantara orang yang pertama kali mendapat hidayah islam. Beliau juga terkenal zuhud, wara, dan dermawan ia menganggap rendah dunia dan selalu beramal untuk keridhaan Alloh swt. Semoga Alloh swt mengabulkan harapan bunda, Amiin.